Rabu, 19 Desember 2012

Teori Pembangunan




A.    PENGERTIAN MODERNISASI
Istilah industrialisasi dan modernisasi sangatlah kabur dan artinya saling tumpang tindih. Namun sejauh ini istilah tersebut masih bisa dibedakan, industrialisasi adalah berbagai perubahan secara riil, yang dapat diamati secara objektif dan diukur secara statistik, khususnya mengenai pergeseran dari pertanian ke industri dan dari pedesaan ke kota, turunya mortalitas dan mengurangnya buta huruf. Seperti misalnya pada saat revolusi industri dalam sejarah negara-negara barat. Kalau dalam industrialisasi fokusnya bersifat teknologis, dalam perkembangan bersifat ekonomis. Modernisasi adalah cara untuk melihat kedua-duanya. Modernisasi menyangkut aliran pemikiran, suatu pendekatan untuk memahami dan menerangkan industrialisasi dan perkembangan, yang menjadi karakteristik khusus pemikiran sosial di amerika serikat pada tahun 1950-an dan 1960-an.
Modernisasi dilihat sebagai perubahan dari keadaan atau kondisi “tradisional”, pra industri, yang merupakan titik tolak perkembangan, ke “modernitas”, melalui kondisi tradisional sebagai perantara. Dalam masyarakat peralihan terdapat sejumlah orang yang berjiwa modern dan lainnya adalah orang yang dalam penampilan dan sikapnya tradisional, maupun orang yang masih berjiwa tradisioanl. Orang-orang yang berjiwa modern mendorong masyarakat mereka kedalam modernitas, demikian juga lembaga-lembaga masyarakat merangsang dan menimbulkan modernitas individual dikalangan anggotanya.
Masyarakat tradisional dianggap statis dan tidak berubah. karakteristik masyarakat tersebut ialah sebagai berikut ekonomi substensi yang menggunakan metode-metode kuno seperti bajak kayu yang ditarik dengan sapi, industri rumah yang tidak menggunakan mesin. Struktur sosialnya bermacam-macam akan tetapi banyak yang dapat dicirikan sebagai feodal, lembaga-lembaga keagamaanya kuat dan dogmatis, dalam masyarakat-masyarakat seperti itu tidak banyak pilihan yang efektif dan budi daya tradisionallah yang menciptakan kelaparan dan kemiskinan.
Sebaliknya masyarakat modern dipandang terus-menerus berubah secara dinamis, dengan karakteristiknya berupa inovasi, kemajuan teknologi dan perkembangan ekonomi. Dalam jiwa diri masyarakat modern sebuah melahirkan sebuah rasional, fleksibel, yang condong memiliki pendapat. Orang yang berjiwa modern akan menuntut otonomi dalam membuat keputusan penting, dan secara rasional melaksanakan keputusan mereka secara teknis dan efektif. Mereka mempunyai penuh keyakinan bahwasanya mereka dapat membentuk dunianya sendiri. Dogam keagamaan dan juga kekuasaan politik yang tradisional ditolak.
Transisi dari tradisional ke modern itu dipandang sebagai perubahan, bukan pemindahan. Artinya bukan hanya mengenai pemindahan modal dan teknologi saja melainkan juga termasuk kebebasan hubungan lembaga-lembaga sosial dan politik antara negara yang satu dengan yang lain. Ketika gagasan-gagasan mereka untuk pertama kali diformulasikan pada tahun 1950-an, aliran modernisasi beranggapan bahwa jika seseorang sudah mulai mengenal rasanya kebebasan dan berpartisipasi dalam bidang politik tidak mungkin mereka mau melepaskannya. Gaya kehidupan modern itu jelas-jelas berpusat pada industri, kota, literatur dan partisipasi. Didalamnya termasuk “banyaknya pendapat” dan berpuncak pada pemberian suara yang tujuannya adalah untuk memilih para calon pemimpin yang saling bersaing.[1]
Sasaran formal teori-teori modernisasi bukanlah perubahan sosial dalam arti umum, tetapi lebih merupakan proses perubahan sosial. Melalui proses tersebut masyarakat yang kurang maju menjadi lebih maju. Dengan kata lain teori modernisasi selalu mempunyai pemikiran teleologis tentang perubahan sosial. Negara sedang berkembang menjadikan ekonomi dan teknologi yang dimiliki negara maju sebagai sebuah model pembangunan. Alasannya ekonomi dan teknologi negara maju tersebut mempunyai kemampuan adaptasi yang unggul oleh sebab itu perlu ditiru. Menurut pendapat masyarakat negara sedang berkembang komponen ekonomi dan teknologi menempati posisi yang menentukan terhadap perubahan komponen struktural yang lain seperti bidang sosial, politik, dan kultur.
Seluruh sumbangan pemikiran dalam lapangan pembangunan ekonomi dan perubahan sosial, baik yang bersifat teoritis, empiris maupun orientasi kebijaksanaan, yang secara eksplisit maupun implisit telah menyetuji premis-premis struktural fungsioanl dalam dua hal, pertama, pandangan tentang masyarakat sedang berkembang sebagai suatu sistem sosial yang sedang mengalami perubahan sosial sebagai akibat masuknya pengaruh atau tekanan dari barat, terutama pranata teknologi. Kedua, pandangan bahwa perubahan sosial tersebut berlangsung atas dasar pelaksanaan fungsi saling mendukung antara komponen-komponen struktural dalam masyrakat sedang berkembang tersebut.
Dalam upaya kategori ekonomi seperti pembentukan modal, ketenagakerjaan, mekanisme pasar dan sebagainya, mereka sadar tantang betapa berbelit-belitnya jaringan pranata sosial-kultural dalam masyarakat sedang berkembang, tidak seperti dibarat. Dengan kata lain tingkat diferensiasi strukturalnya masih rendah. Karena itu dalam teori-teori pembangunan ekonominya, para ahli ekonomi barat menyarankan supaya dilaksanakan penataan kembali terhadap pranata sosial-kultural masyarakat sedang berkembang itu dalam bentuk “westernisasi” artinya pranata sosial dan kultural masyarakat tersebut disesuaikan  dengan pranata sosial dan kultural barat sebagai persyaratan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi. Bahkan ada pula yang bertindak lebih jauh lagi, yakni dengan menyelenggarakan latihan-latihan keterampilan terhadap elit ekonomi pribumi dengan maksud untuk merangsang mereka dengan nilai-nilai dan motivasi yang sesuai dengan perilaku ekonomi modern.[2]

B.     KONSEP MODERNISASI
Modenisasi merupakan satu kata baru untuk suatu fenomena lama yang berlapis-lapis, kesemuanya mencakup proses perubahan sosial dikawasan negara yang sedang berkembang. Pada umumnya ilmuwan sosial yang prihatin terhadap modernisasi tampaknya menggunakan standar masyarakat industri barat yang telah maju sebagai acuan membandingkan masyarakat yang sedang berkembang guna mencoba melukiskan proses perubahan yang cenderung kepada transformasi lembaga-lembaga dan nilai-nilai tradisional, yang agaknya dijadikan model modernitas. Menurut eisenstadt, “menurut sejarahnya, modernisasi merupakan proses perubahan menuju tipe sistem sosial, ekonomi dan politik yang telah berkembang dieropa barat dan amerika utara dari abad 19 dan 20 meluas kenegara amerika selatan, asia serta afrika”.
Kendati demikian ahli modernisasi baru-baru ini telah menghasilkan setumpuk literatur yang begitu banyak, para sarjana tidak sepakat mengenai pendekatan mereka terhadap, atau definisi konsep modernisasi. Para ekonom menginterpretasikan modernisasi dalam arti model-model pertumbuhan yang berisikan indeks-indeks semacam indikator ekonomi, standar hidup, pendapatan perkapita dan lain-lain. Para ilmuwan politik menganalisis modernisasi menurut proses politik, pergolakan sosial dan hubungan-hubungan kelembagaan. Para sosiolog telah mendefinisikan modernisasi dengan berbagai macam tetapi tetap didalam kerangka perspektif evolusioner yang mencakup transisi multilinier masyarakat yang sedang berkembang dari tradisi ke modernitas. Misalnya menurut everett rogers, “modernisasi merupakan proses yang mana individu berubah dari cara hidup tradisional menuju gaya hidup lebih kompleks dan maju secara teknologis serta cepat berubah”. Black mendefinisikan modernisasi sebagai proses yang mana secara historis lembaga-lembaga yang berkembang secara perlahan disesuaikan dengan perubahan fungsi secara cepat yang menimbulkan peningkatan yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam hal pengetahuan manusia, yang memungkinkannya untuk menguasai lingkungannya, yang menimbulkan revolusi ilmiah.[3]   

C.    TIPE-TIPE MODERNISASI
Pada umumnya dikatakan, ada dua tipe modenisasi yaitu sosial dan ekonomi:
a.       Modernisasi ekonomi
Yang dimaksud dengan modernisasi ekonomi adalah perkembangan atau kemajuan dibidang ekomi yang ditandai oleh tingginya tingkat konsumsi dan standar hidup, revolusi teknologi, intensitas modal yang makin besar dan organisasi birokrasi yang rasional. Modernisasi ekonomi pasti diikuti dengan perluasan pengetahuan ilmiah dan inovasi teknologi, pembentukan modal, tingakat pendidikan yang cocok, spesialisasi ekonomi dan kecukupan bahan-bahan mentah, barang produksi dan konsumsi.
Model khas modernisasi ekonomi merupakan formulasi tekenal yang dilakukan oleh colvin clark yang melukiskan proses pertumbuhan ekonomi dalam kerangka perubahan proporsional yang besar menuju produksi sekunder serta peningkatan yang layak dalam produksi tersier. Moore mengidentifikasi dua proses modernisasi yang berbeda yaitu partisipasi pasar dan relokasi sektoral. Partisipasi pasar mencakup gerakan dari pertanian tradisional dan substensi menuju mekanisasi dan komersialisasi bebagai segmen perekonomian serta peranan efektif dalam dunia pasar rasional. Relokasi sektoral mengacu pada perubahan dari kegiatan-kegiatan pertanian menjadi non pertanian. Pada dasarnya modernisasi ekonomi mengurangi proporsi tenaga kerja didalam pertanian dan membuka berbagai kesempatan khususnya dibidang manufakturing dan jasa.  



b.      Modernisasi sosial
Modernisasi sosial meliputi perubahan dalam atribut-atribut sistemik, pola-pola kelembagaan dan peranan-peranan status dalam struktur sosial masyarakat sedang berkembang. Unsur-unsur pokok modernisasi sosial mencakup perubahan sosial yang terencana, sekularisme, perubahan sikap dan tingkah laku, instrumen hubungan-hubungan sosial, diferensiasi struktural dan spesialisasi fungsional.
Pendekatan psikologi terhadap modernisasi menekankan pada perubahan-perubahan sikap dan tingkah laku yang memprakarsai dan juga menopang perkembanagn sosio-ekonomis. Modernisasi poltik tercapai karena perkembangan efektif infrastruktur administrasi, pemerintahan dan birokrasi yang memudahkan kemajuan nasional seperti dibuktikan oleh bangkitnya kepemimpinan politik, perencanaan ekonomi, partisipasi politik masa yang makin membesar, munculnya kelas menengah serta birokrasi rasional. Modernisasi sosial juga diikuti oleh industrialisasi, peledakan urbanisasi, sekularisasi, revolusi yang semkain meningkat, bangkitnya kelas menengah secara besar-besaran serta revolusi budaya yang dahsyat.[4]



DAFTAR PUSTAKA

·         J.E. Goldthorpe, 1992, sosiologi dunia ketiga, jakarta: PT gramedia pustaka utama
·         M. Francis abraham, 1991, modernisasi didunia ketiga, yogyakarta: PT tiara wacana yogya
·         Alimandan, 1995, sosiologi masyarakat sedang berkembang, jakarta: PT rajagrafindo persada


[1] J.E. goldthorpe, sosiologi dunia ketiga, jakarta: gramedia pustaka, 1992, hlm 209
[2] Alimandan, sosiologi masyarakat sedang berkembang, jakarta: rajagrafindo persada,1995, hlm 84
[3] M. Francis abraham, modernisasi didunia ketiga, yogyakarta: PT.tiara wacana,1991, hlm 4
[4] Ibit, modernisasi didunia ketiga, hlm 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar