A.
PENGERTIAN
MODERNISASI
Istilah industrialisasi dan modernisasi sangatlah kabur dan artinya saling
tumpang tindih. Namun sejauh ini istilah tersebut masih bisa dibedakan,
industrialisasi adalah berbagai perubahan secara riil, yang dapat diamati
secara objektif dan diukur secara statistik, khususnya mengenai pergeseran dari
pertanian ke industri dan dari pedesaan ke kota, turunya mortalitas dan
mengurangnya buta huruf. Seperti misalnya pada saat revolusi industri dalam
sejarah negara-negara barat. Kalau dalam industrialisasi fokusnya bersifat
teknologis, dalam perkembangan bersifat ekonomis. Modernisasi adalah cara untuk
melihat kedua-duanya. Modernisasi menyangkut aliran pemikiran, suatu pendekatan
untuk memahami dan menerangkan industrialisasi dan perkembangan, yang menjadi
karakteristik khusus pemikiran sosial di amerika serikat pada tahun 1950-an dan
1960-an.
Modernisasi dilihat sebagai perubahan dari keadaan atau kondisi
“tradisional”, pra industri, yang merupakan titik tolak perkembangan, ke
“modernitas”, melalui kondisi tradisional sebagai perantara. Dalam masyarakat
peralihan terdapat sejumlah orang yang berjiwa modern dan lainnya adalah orang
yang dalam penampilan dan sikapnya tradisional, maupun orang yang masih berjiwa
tradisioanl. Orang-orang yang berjiwa modern mendorong masyarakat mereka
kedalam modernitas, demikian juga lembaga-lembaga masyarakat merangsang dan
menimbulkan modernitas individual dikalangan anggotanya.
Masyarakat tradisional dianggap statis dan tidak berubah. karakteristik
masyarakat tersebut ialah sebagai berikut ekonomi substensi yang menggunakan
metode-metode kuno seperti bajak kayu yang ditarik dengan sapi, industri rumah
yang tidak menggunakan mesin. Struktur sosialnya bermacam-macam akan tetapi
banyak yang dapat dicirikan sebagai feodal, lembaga-lembaga keagamaanya kuat
dan dogmatis, dalam masyarakat-masyarakat seperti itu tidak banyak pilihan yang
efektif dan budi daya tradisionallah yang menciptakan kelaparan dan kemiskinan.
Sebaliknya masyarakat modern dipandang terus-menerus berubah secara
dinamis, dengan karakteristiknya berupa inovasi, kemajuan teknologi dan
perkembangan ekonomi. Dalam jiwa diri masyarakat modern sebuah melahirkan
sebuah rasional, fleksibel, yang condong memiliki pendapat. Orang yang berjiwa
modern akan menuntut otonomi dalam membuat keputusan penting, dan secara
rasional melaksanakan keputusan mereka secara teknis dan efektif. Mereka
mempunyai penuh keyakinan bahwasanya mereka dapat membentuk dunianya sendiri.
Dogam keagamaan dan juga kekuasaan politik yang tradisional ditolak.
Transisi dari tradisional ke modern itu dipandang sebagai perubahan, bukan
pemindahan. Artinya bukan hanya mengenai pemindahan modal dan teknologi saja
melainkan juga termasuk kebebasan hubungan lembaga-lembaga sosial dan politik
antara negara yang satu dengan yang lain. Ketika gagasan-gagasan mereka untuk
pertama kali diformulasikan pada tahun 1950-an, aliran modernisasi beranggapan
bahwa jika seseorang sudah mulai mengenal rasanya kebebasan dan berpartisipasi
dalam bidang politik tidak mungkin mereka mau melepaskannya. Gaya kehidupan
modern itu jelas-jelas berpusat pada industri, kota, literatur dan partisipasi.
Didalamnya termasuk “banyaknya pendapat” dan berpuncak pada pemberian suara
yang tujuannya adalah untuk memilih para calon pemimpin yang saling bersaing.[1]
Sasaran formal teori-teori modernisasi bukanlah perubahan sosial dalam arti
umum, tetapi lebih merupakan proses perubahan sosial. Melalui proses tersebut
masyarakat yang kurang maju menjadi lebih maju. Dengan kata lain teori
modernisasi selalu mempunyai pemikiran teleologis tentang perubahan sosial.
Negara sedang berkembang menjadikan ekonomi dan teknologi yang dimiliki negara
maju sebagai sebuah model pembangunan. Alasannya ekonomi dan teknologi negara
maju tersebut mempunyai kemampuan adaptasi yang unggul oleh sebab itu perlu
ditiru. Menurut pendapat masyarakat negara sedang berkembang komponen ekonomi
dan teknologi menempati posisi yang menentukan terhadap perubahan komponen struktural
yang lain seperti bidang sosial, politik, dan kultur.
Seluruh sumbangan pemikiran dalam lapangan pembangunan ekonomi dan
perubahan sosial, baik yang bersifat teoritis, empiris maupun orientasi
kebijaksanaan, yang secara eksplisit maupun implisit telah menyetuji
premis-premis struktural fungsioanl dalam dua hal, pertama, pandangan tentang
masyarakat sedang berkembang sebagai suatu sistem sosial yang sedang mengalami
perubahan sosial sebagai akibat masuknya pengaruh atau tekanan dari barat,
terutama pranata teknologi. Kedua, pandangan bahwa perubahan sosial tersebut
berlangsung atas dasar pelaksanaan fungsi saling mendukung antara
komponen-komponen struktural dalam masyrakat sedang berkembang tersebut.
Dalam upaya kategori ekonomi seperti pembentukan modal, ketenagakerjaan,
mekanisme pasar dan sebagainya, mereka sadar tantang betapa berbelit-belitnya
jaringan pranata sosial-kultural dalam masyarakat sedang berkembang, tidak
seperti dibarat. Dengan kata lain tingkat diferensiasi strukturalnya masih
rendah. Karena itu dalam teori-teori pembangunan ekonominya, para ahli ekonomi
barat menyarankan supaya dilaksanakan penataan kembali terhadap pranata
sosial-kultural masyarakat sedang berkembang itu dalam bentuk “westernisasi”
artinya pranata sosial dan kultural masyarakat tersebut disesuaikan dengan pranata sosial dan kultural barat sebagai
persyaratan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi. Bahkan ada pula yang bertindak
lebih jauh lagi, yakni dengan menyelenggarakan latihan-latihan keterampilan
terhadap elit ekonomi pribumi dengan maksud untuk merangsang mereka dengan
nilai-nilai dan motivasi yang sesuai dengan perilaku ekonomi modern.[2]
B.
KONSEP
MODERNISASI
Modenisasi merupakan
satu kata baru untuk suatu fenomena lama yang berlapis-lapis, kesemuanya
mencakup proses perubahan sosial dikawasan negara yang sedang berkembang. Pada
umumnya ilmuwan sosial yang prihatin terhadap modernisasi tampaknya menggunakan
standar masyarakat industri barat yang telah maju sebagai acuan membandingkan
masyarakat yang sedang berkembang guna mencoba melukiskan proses perubahan yang
cenderung kepada transformasi lembaga-lembaga dan nilai-nilai tradisional, yang
agaknya dijadikan model modernitas. Menurut eisenstadt, “menurut sejarahnya,
modernisasi merupakan proses perubahan menuju tipe sistem sosial, ekonomi dan
politik yang telah berkembang dieropa barat dan amerika utara dari abad 19 dan
20 meluas kenegara amerika selatan, asia serta afrika”.
Kendati demikian ahli
modernisasi baru-baru ini telah menghasilkan setumpuk literatur yang begitu
banyak, para sarjana tidak sepakat mengenai pendekatan mereka terhadap, atau
definisi konsep modernisasi. Para ekonom menginterpretasikan modernisasi dalam
arti model-model pertumbuhan yang berisikan indeks-indeks semacam indikator
ekonomi, standar hidup, pendapatan perkapita dan lain-lain. Para ilmuwan
politik menganalisis modernisasi menurut proses politik, pergolakan sosial dan
hubungan-hubungan kelembagaan. Para sosiolog telah mendefinisikan modernisasi
dengan berbagai macam tetapi tetap didalam kerangka perspektif evolusioner yang
mencakup transisi multilinier masyarakat yang sedang berkembang dari tradisi ke
modernitas. Misalnya menurut everett rogers, “modernisasi merupakan proses yang
mana individu berubah dari cara hidup tradisional menuju gaya hidup lebih
kompleks dan maju secara teknologis serta cepat berubah”. Black mendefinisikan
modernisasi sebagai proses yang mana secara historis lembaga-lembaga yang
berkembang secara perlahan disesuaikan dengan perubahan fungsi secara cepat
yang menimbulkan peningkatan yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam hal
pengetahuan manusia, yang memungkinkannya untuk menguasai lingkungannya, yang
menimbulkan revolusi ilmiah.[3]
C.
TIPE-TIPE
MODERNISASI
Pada umumnya dikatakan, ada dua tipe
modenisasi yaitu sosial dan ekonomi:
a.
Modernisasi
ekonomi
Yang dimaksud dengan modernisasi ekonomi adalah
perkembangan atau kemajuan dibidang ekomi yang ditandai oleh tingginya tingkat
konsumsi dan standar hidup, revolusi teknologi, intensitas modal yang makin
besar dan organisasi birokrasi yang rasional. Modernisasi ekonomi pasti diikuti
dengan perluasan pengetahuan ilmiah dan inovasi teknologi, pembentukan modal,
tingakat pendidikan yang cocok, spesialisasi ekonomi dan kecukupan bahan-bahan
mentah, barang produksi dan konsumsi.
Model khas modernisasi ekonomi merupakan formulasi
tekenal yang dilakukan oleh colvin clark yang melukiskan proses pertumbuhan
ekonomi dalam kerangka perubahan proporsional yang besar menuju produksi
sekunder serta peningkatan yang layak dalam produksi tersier. Moore
mengidentifikasi dua proses modernisasi yang berbeda yaitu partisipasi pasar
dan relokasi sektoral. Partisipasi pasar mencakup gerakan dari pertanian
tradisional dan substensi menuju mekanisasi dan komersialisasi bebagai segmen
perekonomian serta peranan efektif dalam dunia pasar rasional. Relokasi
sektoral mengacu pada perubahan dari kegiatan-kegiatan pertanian menjadi non
pertanian. Pada dasarnya modernisasi ekonomi mengurangi proporsi tenaga kerja
didalam pertanian dan membuka berbagai kesempatan khususnya dibidang
manufakturing dan jasa.
b.
Modernisasi
sosial
Modernisasi sosial meliputi perubahan dalam
atribut-atribut sistemik, pola-pola kelembagaan dan peranan-peranan status
dalam struktur sosial masyarakat sedang berkembang. Unsur-unsur pokok
modernisasi sosial mencakup perubahan sosial yang terencana, sekularisme,
perubahan sikap dan tingkah laku, instrumen hubungan-hubungan sosial,
diferensiasi struktural dan spesialisasi fungsional.
Pendekatan psikologi terhadap modernisasi
menekankan pada perubahan-perubahan sikap dan tingkah laku yang memprakarsai
dan juga menopang perkembanagn sosio-ekonomis. Modernisasi poltik tercapai
karena perkembangan efektif infrastruktur administrasi, pemerintahan dan
birokrasi yang memudahkan kemajuan nasional seperti dibuktikan oleh bangkitnya
kepemimpinan politik, perencanaan ekonomi, partisipasi politik masa yang makin
membesar, munculnya kelas menengah serta birokrasi rasional. Modernisasi sosial
juga diikuti oleh industrialisasi, peledakan urbanisasi, sekularisasi, revolusi
yang semkain meningkat, bangkitnya kelas menengah secara besar-besaran serta
revolusi budaya yang dahsyat.[4]
DAFTAR PUSTAKA
·
J.E.
Goldthorpe, 1992, sosiologi dunia ketiga, jakarta: PT gramedia pustaka
utama
·
M. Francis
abraham, 1991, modernisasi didunia ketiga, yogyakarta: PT tiara wacana
yogya
·
Alimandan,
1995, sosiologi masyarakat sedang berkembang, jakarta: PT rajagrafindo
persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar